Profil Morek

Morek (Papuq Aris) pemintal kapas dan penenun di Lombok
Nama saya Morek, tetapi orang-orang memanggil saya Papuq Aris, yang mana Papuq berarti nenek, dan Aris adalah cucu pertama saya. Tradisi pemberian nama ini merupakan bagian dari warisan suku Sasak. Saya tinggal di Mongge, Desa Sukadana, Kabupaten Lombok Tengah, tempat saya tinggal sejak lahir.

Sebagai perempuan adat Sasak, saya menjunjung tinggi tradisi menanam kapas leluhur dan menenunnya menjadi kain putih menggunakan alat pemintal tangan, yang dikenal sebagai Arah. Nenek moyang kami menamai kain putih ini Basa, atau di desa lain disebut Leang, yang digunakan sebagai kain kafan. Semua peralatan yang digunakan dalam proses pemintalan dan penenunan tradisional tersebut masih dilestarikan dan digunakan hingga saat ini.

Saya terus mengikuti metode leluhur menanam kapas, memisahkan biji kapas, membuka serat kapas, membuat bojol untuk dipintal menjadi benang, dan kemudian menenunnya menggunakan alat tenun tradisional Sasak. Tradisi lisan pembuatan benang dan kain ini masih dipraktikkan bersama kedua saudara perempuan saya, yaitu Inaq Kecoh dan Papuq Kriut.

Gigi saya bernoda merah karena saya mengunyah pinang, sebuah praktik budaya yang masih saya lakukan. Praktik ini dikenal sebagai “mamaq,” atau di daerah lain di Indonesia, disebut sebagai “nginang.”

morek@andidina.or.id

Posting Komentar untuk "Profil Morek"